Langsung ke konten utama

Ngasah Kalam Sakana

Selain Ngasem : Ngaji Senin Malam, Padepokan Hizbul Wathan juga memiliki gawe Ngasah Kalam : Ngaji dan Silaturahim Kamis Malam. Ngaji tafsir al-Quran yang dilakukan dari rumah ke rumah. Sambil ngaji, bisa bersilaturahmi antar jama'ah. Kegiatan seperti ini kerap dilakukan sebagai wujud dari Gerakan Jama'ah dan Dakwah Jama'ah yang bergerak di akar rumput dari Muhammadiyah.




Kamis Kliwon, malam Jum'at Legi, 23 Mei 2024, 15 Dzulqaidah 1445 Hijriyah, Ngasah Kalam bertempat di kediaman bapak Muslimin, Jl. Mojosantri Kecamatan Junrejo Kota Wisata Batu ini, mengambil tema : "kata Sakana dalam al-Quran". Ustadz Insan Muhatadawan, S. HI. sebagai pemateri mencoba membuka diskusi dengan mengkaitkan kata Sakana (tinggal, yang kemudian menjadi Maskan : rumah) , Sakinah dan Miskin, bahkan juga kata Sikkinun (pisau) dan Sukun : diam. 

Hampir merata kata yang berasal dari Sakana bermuara di "kenyamanan rumah" (Baca: maskan). Mulai dari ayat yang terkait dengan pintu berumah tangga (baca : ayat menikah yang terkenal) yaitu, surat al-Rum ayat 21, sampai ayat-ayat yang terkait dengan malam, malam yang menjadikan Sakinah. "Sakanah fie al-Laili wa al-Nahar", Surat al-An'am ayat 13. "Artinya, paling tidak yang dinamakan kenyamanan itu tidak bisa lepas dari yang namanya malam, apalagi malam-malam di rumah (maskan)", terang ustadz Iwan, sapaan akrabnya, ketika memantik soal jawab pada hadirin. 

Surat Ibrahim ayat 37, nabi Ibrahim AS, juga pernah menempatkan isterinya (bunda Hajar) dan meninggalkan di sebuah lembah yang gersang. "Inni Askantu... " penggalan ayat yang masih satu kata Sakana. Coba bayangkan, kalau tidak ada ketenangan, ketabahan hati dan ketentraman jiwa dari Kholilullah nabi Ibrahim As dan bunda Hajar, mungkin saja ziarah ke Baitullah tidak akan pernah terjadi. Sungguh luarbiasa pelajaran yang diajarkan, hingga siapa pun yang berkesempatan mengunjunginya (Baitullah) bisa dipastikan akan mendapatkan Sakanah : ketentraman dan rindu berat. 

Ini bukan soal tafsir al-Quran Otak atik mathuk, tetapi memang satu ayat dengan ayat lainnya memiliki keterkaitan. Ungkapan kata yang berasal dari Sakana begitu banyak dan saling memiliki kolerasi. Ya, kata ketentraman memang luarbiasa jika dikaji, bahkan ending dari pemberlakuan undang-undang, penegakan hukum, harusnya melahirkan ketentraman dan ketenangan. 

Dalam surat al-Fatah ayat keempat, Allah SWT menurunkan ketentraman pada hati orang-orang mukmin (Sakinah) untuk meneguhkan imannya. Posisi ayat tersebut terkait peperangan yang penuh dengan teror dan kecemasan. Coba dibayangkan, dalam kondisi peperangan, masih adakah rasa sakinah : ketentraman dan ketenangan. Begitu juga ketika seseorang terdesak dan dalam kondisi sulit, masih bisa gak kita bersikap tidak panik dan tenang? 

Terakhir, kata miskin yang sudah familiar di telinga kita, adalah orang yang tidak memiliki rumah : maskan. Ini secara lafdzi, artinya orang kaya adalah orang sudah memiliki rumah, sedangkan orang miskin adalah orang yang tidak punya rumah. Apakah secara maknawi (majazi) juga begitu? (*) Lutfi Letvana 

Komentar