Langsung ke konten utama

Khutbah Jumat Masjid M. Salim Dau: ‘’ Kalau Nabi Sedikit Makan, Sedangkan Kita dikit-dikit Makan

Dau, 23 Mei 2025 – Dalam khutbah Jumat yang disampaikan di Masjid M. Salim, Ustadz Mujtahid Luthfi mengangkat tema mendalam tentang makna yang terkandung dalam Surat Al-Kahfi ayat 110. Dengan nada yang tenang namun penuh ketegasan, beliau mengajak para jamaah untuk merenungkan hakikat kemanusiaan Nabi Muhammad ﷺ serta keesaan Allah SWT sebagai inti ajaran Islam.

Khutbah dimulai dengan pembacaan ayat suci:

“Katakanlah (Muhammad), ‘Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Barangsiapa yang mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal saleh dan tidak mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.’”

(Surat Al-Kahfi: 110)

Dalam penjelasannya, Ustadz Mujtahid menegaskan bahwa ayat ini merupakan fondasi penting dalam Islam yakni pengakuan atas keesaan Allah (tauhid) dan dorongan untuk beramal dengan niat yang ikhlas. Beliau mengingatkan bahwa meskipun Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah, beliau tetaplah manusia biasa yang mendapat wahyu. Oleh karena itu, umat Islam tidak sepatutnya mengkultuskan pribadi beliau secara berlebihan, tetapi hendaknya meneladani risalah yang dibawa, yaitu ajaran tauhid dan keikhlasan dalam beramal.

Lebih lanjut, beliau mengajak jamaah untuk senantiasa melakukan muhasabah mengevaluasi niat dalam setiap amal, baik yang bersifat ibadah ritual maupun sosial. Niat yang benar dan ikhlas menjadi kunci diterimanya amal di sisi Allah.

Dalam khutbahnya, Ustadz Mujtahid menyampaikan ajakan penting:

“Seorang Muslim hendaknya cerdas dan bijak dalam memprioritaskan sunnah tasyri’iyah yaitu ajaran-ajaran Nabi Muhammad SAW yang secara langsung berkaitan dengan syariat Islam. Ini mencakup amalan seperti salat, puasa, zakat, muamalah yang adil, serta akhlak mulia yang mencerminkan keimanan. Mengutamakan sunnah tasyri’iyah berarti menempatkan inti risalah kenabian pada tempat yang semestinya. Nabi diutus bukan hanya untuk ditiru penampilannya, tetapi untuk diteladani ajarannya. Maka, mari kita fokus pada substansi dan semangat hidup beliau, bukan sekadar pada kebiasaan lahiriahnya, beliau berkelakar dengan membedakan Nabi Muhammad SAW dan kita (kalau nabi sedikit tidur, sedangkan kita dikit-dikit tidur, kalu nabi sedikit makan, sedangkan kita dikit-dikit makan)”

Khutbah ditutup dengan doa agar umat Islam dijauhkan dari sifat riya (pamer dalam ibadah) dan senantiasa diberikan kekuatan untuk menjaga kemurnian tauhid dalam setiap aspek kehidupan. Ustadz Mujtahid menegaskan bahwa ayat terakhir Surat Al-Kahfi adalah cahaya penuntun di tengah gelapnya fitnah zaman, dan sudah semestinya dijadikan bahan renungan setiap pekan.

Dengan pesan yang menyentuh dan menggugah ini, diharapkan kaum Muslimin semakin termotivasi untuk memperbaiki niat dalam beribadah dan menjalani hidup yang lebih bermakna, berlandaskan tauhid yang murni dan keikhlasan yang tulus. (MPID PCM Dau))

Komentar