"Grebek Suro untuk Mewujudkan Nilai-nilai Islam dalam Kiprah Budaya dan Kepedulian Sosial", adalah tema pengajian hasil kolaborasi Majelis Tabligh dan Tarjih Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Dau, Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Dau, dan Pimpinan Ranting (PR) Muhammadiyah Sumbersekar, sekaligus Pimpinan Ranting (PR) Aisyiyah Sumbersekar, yang juga menjadi tuan rumah Pengajian Bulanan, Grebek Suro ala Muhammadiyah.
Ahad, 21 Juli 2024, menjadi hari di mana Warga Muhammadiyah se-Kecamatan Dau berkumpul untuk menambah wawasan Ke-Islaman dan meneguhkan diri dalam ber-Ideologi Muhammadiyah. Di rest area Sumbersekar ini, jama'ah Pengajian Bulanan, juga mendapat 'suntikan' pemahaman Islam tentang budaya, khususnya seni musik, yang belakangan ini santer-ramai di media sosial tentang status hukumnya. Tidak hanya itu, Pengajian Bulanan ini setidaknya juga ingin menghilangkan stigma negatif yang melekat pada bulan Muharram (baca: Suro).
Tak kurang dari 700 jama'ah yang hadir, tidak saja dari kalangan warga Muhammadiyah, tetapi juga warga sekitar ikut hadir meramaikan moment yang menggembirakan ini. Turut hadir Muspika Kecamatan Dau, Kepala Desa Sumbersekar, ibu Rini Catur, sekaligus jajarannya, tokoh agama masyarakat, KH. Mukayat, juga mewakili Nahlatul Ulama' (NU) Kecamatan Dau, dan tak ketinggalan ibu-ibu dari Fatayat dan Muslimat setempat.
"Saya sangat senang sekali diundang Muhammadiyah di acara ini. Mudah-mudahan Muhammadiyah terus mencerahkan melalui program-programnya, semakin solid dalam menjaga kerukunan umat dan membawa desa Sumbersekar menjadi desa yang maju-sejahtera, tentrem warga'ne, rukun agama'ne", tutur Ibu Ririn Catur dalam sambutannya. Pesan dari ibu Kelapa Desa Sumbersekar ini juga di-amini oleh perwakilan dari Kecamatan Dau, "Muhammadiyah dan NU adalah pelopor harmonisasi dalam berkehidupan berbangsa, dan bernegara".
Ustadz Sukma Jaya, S.Ag., Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Dau, dalam sambutannya menyampaikan, Muhammadiyah dalam setahun kedepannya, akan menyelenggarakan program-program yang berorientasi pada kemaslahatan sosial, misalnya akan mendirikan Klinik di wilayah Sumbersekar dan juga tetap mengawal program sosial-pendidikan. Beliau juga menyampaikan, Muhammadiyah Dau sudah merintis dan membantu pembiayaan bisnis, khususnya dalam bidang peternakan. "Mudah-mudahan, Muhammadiyah terus memberi solusi untuk kemaslahatan umat, khususnya di wilayah Dau ini", pungkasnya.
Rangkaian Pengajian Bulanan ini, diawali dengan kirab budaya suroan ala Muhammadiyah, di barisan pertama berbaris dengan rapi santri dan santriwati TPQ dengan membawa pernak pernik Muharrom-an, barisan Remaja Masjid An-Nur Sumbersekar, disusul oleh calon-calon pendekar Tapak Suci Muhammadiyah dengan menyuguhkan atraksinya, yang diiringi oleh alunan suara dari grup drumband SMP Muhammadiyah 6 Dau. Juga tak ketinggalan, barisan yang anggun nan ayu dari ibu-ibu Aisyiyah se-Kecamatan Dau. Di lokasi pengajian, juga dihadirkan deretan stand bazar makanan dan minuman yang tergabung dan dalam binaan Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) Persyarikatan Dau.
Sebelum mendengarkan tausiyah, jama'ah pengajian diajak untuk menyaksikan secara langsung launching BMT ArthaMu Abadi dan disugukan kekompakan dari Paduan Suara ibu-ibu Aisyiyah Ranting Sumbersekar, dan gending-gending iringan musik gamelan dari Kiyai Kanjeng Senggolo. Hadir dan tampilnya musik, termasuk budaya dalam acara dan kegiatan Muhammadiyah, sejatinya ingin menunjukkan bahwa, seni dan budaya yang memiliki nilai-nilai utama itu adalah suatu hal yang boleh (baca: mubah) dilakukan dan wajib dijaga nilainya serta dilestarikan seninya. Hal ini juga selaras dengan poin-poin Kehidupan Islami Warga Muhammadiyah, pasal Seni dan Budaya.
Hadir sebagai penceramah, KH. Ahmad Samsoni, S.Ag., M.Pd., Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Pasuruan, merubah suasana dan gaya pengajian yang selama ini monoton dan cenderung membosankan, menjadi suasana dan gaya yang penuh dengan canda tawa. Bahkan, shighat ceramahnya ala Nahdhiyyah.
Dalam tausiyah-nya, beliau menjelaskan sejarah tentang hijrahnya nabi Muhammad Saw., mulai dari tantangannya sampai ibrah yang dapat dipetiknya. Banyak hikmah dari peristiwa hijrahnya nabi Muhammad Saw. yang dapat diambil pelajaran untuk umat Islam dalam suasana kehidupan masa kini dan esok.
Selanjutnya, peristiwa nabi Muhammad Saw., dan sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq ra., dikejar dan mendapat intimidasi dari kafir Quraisy menjadi tonggak perjuangan Islam. Bahwa yang namanya perjuangan itu mengharuskan adanya pengorbanan dan teguhnya ketawakkalan. Adanya pesan moral untuk rela ini dan itu demi tujuan yang mulia, bahkan demi membela orang yang disayangi. Dalam konteks persyarikatan Muhammadiyah, pimpinan dan anggota (baca: jama'ah) Muhammadiyah harus selaras dan harmoni dalam mewujudkan cita-citanya, bahkan rela mengesampingkan kepentingan pribadi untuk kepentingan kemaslahatan umat. "Kira-kira, kalau ada pimpinan Muhammadiyah, yang sudah berjuang mati-matian dan sudah tidak memiliki jabatan, kok malah menyebutnya sebagai mantan?", tanyanya.
Di akhir tausiyahnya, beliau berpesan, agar jama'ah senantiasa teguh dalam pendirian dan ketawakkalan. Potret Abu Bakar Ash-Shiddiq ra., yang membersamai dan rela berkorban demi nyawa Rasulullah Saw., mendapat taujih bahwa, perjuangan tidak lepas dari ketawakkalan. Ketika kafir Quraisy sudah mengendap-endap di depan mata, dan tak mungkin lagi ada harapan untuk lolos, maka di situlah ujian ketawakkalan. Masih ada Allah Swt. yang Maha Penolong. "Hallo, ibu-ibu, jangan pernah khawatir akan nasib kehidupan, serahkan semuanya pada Allah Swt., Dia yang Maha Segalanya. Bahkan, kalau kita sudah gak nduwe opo-opo maneh, panjenengan masih punya Allah Swt., setuju...?", pungkasnya.
Sebelum rangkaian Pengajian Bulanan berakhir, ustadz Dr. Yasin Yasin Kusumo Pringgodigdo, S.PdI., M.HI., mengajak jama'ah pengajian yang hadir untuk mengamini dan mengambil keberkahan dalam do'a yang dipanjatkan (.) Lutfi Letvan@
Komentar
Posting Komentar