![]() |
Bpk. Akhyak, ketika berada di area Milad Muhammadiyah ke 107H di Bangkalan, Ahad (27/11) |
Pernak-pernik Milad -- edisi 1
Sesepuh Muhammadiyah Dau ke-dua yang "Fenomenal"
Bapak Akhyak, demikian panggilan akrabnya. Pria yang kini sudah
berusia 78 tahun itu masih nampak sehat dan lincah. Terbukti pada hari Ahad, 27
November 2016 kemaren masih mampu menginjakkan kaki di bumi Sakera. Meski tidak
sendirian, melainkan berbarengan dengan Kafilah PCM Dau dalam rangka menyemarakkan Tabligh Akbar, Milad
Muhammadiyah ke-104M/107H, yang memberangkatkan 3 unit Bus dan belasan armada
kecil itu, Bpk. Akhyak tetap menampakkan wajahnya yang berseri-seri, penuh
semangat perjuangan.
Sesuai pembagian tempat duduk oleh Panitia Milad PCM Dau,
Bpk. Akhyak diposisikan di Bus no.2 pada kursi deretan ke 2 dari depan. Selama
perjalanan, Bapak yang memiliki 6 cucu dari dua anaknya yang berada di luar
kota semuanya, Balik Papan dan Brunei Darussalam itu, tidak pernah lepas dari
canda tawanya bersama rombongan lainnya, dari Ranting Jetis, Sengkaling, Jetak, Sumbersekar, Tegalweru, Landungsari dan beberapa
Ranting lainnya di Cabang Dau.
Kurang lebih pukul 06.30wib, 3 bus rombongan dari PCM Dau
tiba di area parkir yang jauh dari Tempat berlangsungnya acara Milad. Hampir berjarak 2 km arah Selatan Stadion Gelora Bangkalan, sebagai tempat dilangsungkannya Tabligh Akbar itu, para Jamaah (penggembira
Milad) dari Dau tetap semangat berjalan kaki menuju Lokasi acara. Bpk. H. Sutari dan
Bpk. H. Ngatmari serta beberapa orang selalu bergerombol dengan Bpk. Akhyak. “Dari
awal kami berusaha selalu bergerombol, berbarengan sama pak Yak, karena sama-sama dari Ranting Jetis dan usia
kami pun tidak jauh beda, sehingga bisa ngobrol dan nyambung omongan kami”, tutur
Bpk. H. Sutari.
Setibanya di luar gedung Stadion, Bpk. Akhyak dan kelompoknya
yang berjumlah tak lebih dari 6 orang itu menikmati pemandangan dan keramaian
di sekitarnya. Dalam suasana yang sudah berjubel penuh penggembira/peserta
Milad sekaligus suasana mulai pengab dan panas itu, Bpk. H. Sutari mengajaknya
masuk ke dalam stadion. “Ayo kita masuk pak Yak ke dalam stadion” begitu ajak Bpk.
H. Sutari, tetapi Bpk. Akhyak malah mengeluh, “kepalaku mumet, ngelu, kayaknya gabisa ikut masuk ke dalam”
keluhnya kepada teman-temannya. “Aku
golek enggon ngiyup ae di kono (saya cari tempat berteduh saja di sana)”, tambahnya sambil menunjuk suatu arah.
Lantas diantarlah ke lokasi tempat berteduh itu. H. Sutari pun menemani sebentar, sambil
beharap semoga agak mendingan mumetnya
(hilang sakit kepalanya), baru bersama-sama masuk ke Stadion.
Tidak lama kemudian, Bpk. Akhyak meminta agar ditinggalkan oleh
kelompoknya. “Sampean kabeh mlebuo ga
popo, aku nak kene ae (Tidak apa-apa anda semua masuk, saya di sini saja)”
ungkap Bpk. Akhyak. Dengan berat hati H. Sutari dan teman-temannya meninggalkan
Bpk. Akhyak serambi berpesan “sampean nak
kene ae, ojo nak endi-endi (Bpk. Akhyak di sini saja jangan kemana-kamana).
Saat itulah Bapak Akhyak mulai berpisah dengan kelompoknya. Dikarenakan
suasana di dalam stadion juga tidak nyaman bagi para bapak2 dan ibu2 yang sudah
berusia kurang lebih 60tahun itu, akhirnya diputuskan untuk kembali ke tempat
di mana Bpk. Akhyak berteduh. Setelah sampai lokasi, rasa kaget dan
penasaranpun mencuat di benak mereka setelah melihat di lokasi berteduh itu
ternyata Bpk. Akhyak sudah tidak berada di tempat. Mereka akhirnya bersama-sama
keliling di sekitarnya mencari Bpk. Akhyak namun tidak kunjung jumpa. Di karenakan
sudah terasa capek dan terik matahari yang semakin panas, maka rombongan kecil
itu pun menuju ke parkir Bus.
Sambil berjalan menuju ke lokasi parkir Bus yang jauh
jaraknya hampir 2 km itu, mereka tetap mencari-cari, pandangan melihat ke
seluruh penjuru arah, melihat disekitarnya, barangkali bertemu dengan Bpk.
Akhyak di jalan atau di mana saja. Namun usaha itu tidak membuahkan hasil.
Di sisi lain, panitia juga mulai mengkondisikan seluruh jamaah
/ peserta rombongan PCM Dau agar segera menuju lokasi parkir Bus. Ternyata
tidak mudah mengkoordinir, mengkondisikan jamaah sejumlah 160an orang dengan
latar dan karakter serta kemauan yang beragam itu. Terlebih dalam situasi yang
sangat ramai, padat manusia, padat kendaraan di tengah terik matahari yang
membakar itu. Butuh kesabaran dan waktu yang cukup lama untuk bisa mengumpulkannya
kembali bersama dalam 3 Bus.
Di saat itulah, cek dan recek dilakukan oleh panitia dan
semua jamaah. Ternyata, ada satu jamaah yang masih belum diketahui keberadaannya.
Satu orang itu tak lain adalah Bpk. Akhyak. Beliau merupakan salah satu dantara
beberapa sesepuh Muhammadiyah Dau yang masih sehat.
Berdasarkan informasi dari kelompok yang terkahir berkumpul
dengannya, maka Crew Panitia bergegas mencari dan menyisir lokasi. Mulai area
sekitar parkir Bus kemudian menuju pertigaan Pos Polisi sampai ke utara menuju
Stadion. Hingga peserta Milad di area itu mulai tiada, alias sepi, Panitia tak
kunjung jumpa dengannya. Koordinasi via telpon antar panitia, sampai ke Jajaran
pengurus PDM Kab. Malang, yakni Bpk. Alfie Nurhidayat, Wakil Sekretaris, terus dilakukan, namun tidak menuai hasil.
Di karenakan waktu sudah sore, maka panitia memutuskan untuk
memberhentikan penyisiran dan meninggalkan lokasi tersebut, sambil tetap berkoordinasi
dengan Kokam dan lainnya. Rasa penat, pusing dan stress serta penasaran terus menghinggapi
seluruh Panitia, karena belum jelas akan keberadaan Bpk. Akhyak.
Bus no.1 yang kebetulan telah meluncur duluan, berusaha keluar
dari kemacetan di kota, para panitia di dalamnya tetap tidak bisa diam, mata
menuju ke pingir-pinggir jalan, berharap siapa tahu Bpk. Akhyak berada di sepanjang
ruas jalan menuju arah Suramadu. Bukan hanya mata, jari pun turut bergerak tak henti memijat touchscreen Androit memberitakan di media WhatsApp (WA). Dilayangkan di Group-group (WA) Muhammadiyah tentang pencarian Bpk. Akhyak, siapa tahu ikut di rombongan jamaah lain. Lagi-lagi pupus harapan itu setelah roda bus
menapaki jalan di luar kota Bangkalan menuju Pusat oleh-oleh sebelum Tol
Suramadu.
Dalam perjalanan pulang menuju ke Malang, jamaah yang berada
di Bus-1 masih menyimpan perasaan harap-harap cemas sambil berdoa semoga Bpk.
Akhyak di beri kemudahan dalam kembali pulang. Tak ayal, ada celetukan dan guyonan dari jamaah dalam bus yang dikomandoi ketua panitia, Hilmi
Arif, yakni berharap agar Bpk. Akhyak sudah di istirahat rumahnya. “Jangan-jangan
pak Akhyak sudah tidur di rumah” gurau pak Murtadji dan bu Alfiah, dan disambut
bu Maskur dengan senyum dan tawa kecil membayangkan hal itu. Begitu juga dalam
hati ketua panitia juga mengamininya, “semoga saja pak Akhyak sudah istirahat di
rumah, keajaiban kan tidak tahu”.
Akhirnya, Bus pun berhenti di depan Gerbang Gapuro Embong
Anyar, tepat pukul 19.30wib. Rombonganpun bergegas turun sambil menyelamatkan
baran-barang bawaannya jangan sampai tertinggal di dalam Bus. Bapak H. Murtadji
dan istrinya tidak langsung pulang ke rumahnya, melainkan menghampiri rumah
Bapak Akhyak, dengan niat dan berharap semoga beliau benar-benar sudah berada
di rumah. Betapa kagetnya, setelah melihat Bpk. Akhyak sudah berada di rumah. Senyum,
tertawa gembira sontak keluar dari mulud H. Murtadji bersama Istrinya. Terjawab
sudah, rasa penasaran semua jamaah 3 bus rombongan PCM Dau. Saat itulah, H. Murtadji langsung menelpon Ketua Panitia, yang masih sibuk mengemas barang-barangnya di dalam Bus. H. Murtadji mengabarkan bahwa benar Bpk. Akhyak sudah istirahat di rumah. Betapa kagetnya Ketua Panitia. Kabar itu pun diteruskan oleh ketua pantia ke Bpk Alfie, dengan maksud agar pencarian segera diakhiri.
Tercatat, sudah ada 2 sesepuh Muhammadiyah Dau yang mengukir sejarah “fenomenal”. Bapak Abdul Manan yang sudah berusia lanjut mampu bersepeda motor menuju Ibu Kota, Jakarta, mengikuti acara 411. Demikian pula Bapak Akhyak. Berangkat bersama rombongan 3 bus ke Bangkalan untuk menghadiri Milad Muhammadiyah 104M/107H, tiba-tiba pulang dan sampai di rumah sendirian dalam kondisi sehat bugar, wajah berseri-seri, meski dalam hatinya terbesit rasa bersalah karena membuat banyak orang menjadi gusar –menurut pengakuannya, yang menunjukkan kesabaran dan ketabahannya dalam menghadapi segala cobaan hidup--. Luar biasa “keajaiban” sungguh terjadi.
Terimakasih dan mohon maaf kepada semua pihak, Kokam, PDM Kab. Malang, PWM Jatim, dan seuruh warga persyarikatan, atas kekhilafan panitia Milad PCM Dau.
Tercatat, sudah ada 2 sesepuh Muhammadiyah Dau yang mengukir sejarah “fenomenal”. Bapak Abdul Manan yang sudah berusia lanjut mampu bersepeda motor menuju Ibu Kota, Jakarta, mengikuti acara 411. Demikian pula Bapak Akhyak. Berangkat bersama rombongan 3 bus ke Bangkalan untuk menghadiri Milad Muhammadiyah 104M/107H, tiba-tiba pulang dan sampai di rumah sendirian dalam kondisi sehat bugar, wajah berseri-seri, meski dalam hatinya terbesit rasa bersalah karena membuat banyak orang menjadi gusar –menurut pengakuannya, yang menunjukkan kesabaran dan ketabahannya dalam menghadapi segala cobaan hidup--. Luar biasa “keajaiban” sungguh terjadi.
Terimakasih dan mohon maaf kepada semua pihak, Kokam, PDM Kab. Malang, PWM Jatim, dan seuruh warga persyarikatan, atas kekhilafan panitia Milad PCM Dau.
(Hilmi Arif, Jetis 29 Nopember 2016. -- Data diolah dari berbagai sumber, termasuk obrolan
santai di rumah Bpk Akhyak, Senin 28 November 2016, sehabis sholat Isya).
Kami beserta panitia dari dau bersyukur pak ahyak pulang dg selamat, trimakasih atas bantuan teman2 Muhammadiyah yang sudah mengantarkan pak ahyak kembali ke rumah.
BalasHapusKami beserta panitia dari dau bersyukur pak ahyak pulang dg selamat, trimakasih atas bantuan teman2 Muhammadiyah yang sudah mengantarkan pak ahyak kembali ke rumah.
BalasHapusIya..mmg sensasional, sempat bikin ketir2 jg dan sempat mau kita putuskan seluruh tim daerah harus tinggal di Bangkalan bersama2 KOKAM Bangkalan u/ menyisir tempat2 kemungkinan ada jamaah tersesat.... Alhamdulillah akhirnya dikabari sdh "ditemukan" malah sdh di Malang... Wong Dau kedua yg "nakal" dan tambeng setelah pak Abdul Manan....hehehe
BalasHapus